Senin, 19 Maret 2018



Perkembangan Karakter dan Kreativitas Anak Usia Dini



             Pertumbuhan anak dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif atau mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik. Selain itu pertumbuhan dipandang pula sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik hasil dari pertumbuhan berupa bertambah panjang tulang-tulang terutama lengan dan tungkai, bertambah tinggi dan berat badan serta makin bertambah sempurnya susunan tulang dan jaringan syaraf. Pertumbuhan ini akan terhenti setelah adanya maturasi atau kematangan pada diri individu.
             Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan adalah suatu perubahan yang bersifat kualitatif yaitu berfungsi tidaknya organ-organ tubuh. Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan perubahan yang bersifat saling mempengaruhi antara aspek-aspek fisik dan psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Perkembangan akan dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru.
             Dalam masa perkembangan, anak diharapkan dapat menguasaikan kemampuan yaitu: belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan, pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang berkembang, belajar berkawan dengan teman sebaya, belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual dasar yaitu membaca, menulis dan berhitung, pengembangan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, pengembangan moral dan pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok social.
             Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak dini. Ada beberapa pihak yang sangat mempengaruhi terbentuknya karakter anak seperti, keluarga, lingkungan, masyarakat, temen sepergaulan, lingkungan sekolah dll. Banyak pakar yang mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter pada seseorang sejak usia dini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Memiliki akhlak yang mulia tidak secara otomatis begitu manusia dilahirkan, namun memerlukan proses panjang melalui pengasuhan dan pendidikan.
             Anak usia dini (0-8 tahun) yang sehat fisiknya dalah anak yang aktif atau banyak bergerak. Saat terjaga hampir seluruh waktu anak dipergunakan untuk bergerak-gerak kasar yang menggunakan sebagian besar tubuhnya seperti berlari, memanjat, melompat, atau gerakan yang hanya melibatkan sebagian kecil tubuh seperti mendorong mobil-mobilan, menggunting, menempelkan kertas atau menggambar. Gerakan yang pertama dikenal sebagai keterampilan gerakan/ motoric kasar yang kedua adalah gerakan motoric halus. Kedua macam gerakan ini memungkinkan anak untuk bermain sepanjang waktu karena itu pulalah masa ini merupakan masa bermain.
             Kemajuan yang pesat akan dicapai anak baik aspek motoric kasar maupun motoric halusnya, sehingga perkembangan motoric anak semakin matang pada usia 4-5 tahun. Ketika mencapai usia 6-8 tahun, anak telah dapat menggunakan anggota tubuhnya secaran baik. Koordinasi mata dengan tangan dan antar tiap-tiap anggota tubuh telah berjalan dengan sempurna. Anak mampu memiliki kemampuan untuk menjaga keseimbangan tubuh dan menggunakan otot-otot tubuhnya secara efektif.
             Perkembangan motoric sangat berpengaruh terhadap aspek-aspek perkembangan lainnya. Anak yang kondisi fisiknya terlatih akan memiliki kesempatan lebih banyak dalam mengeksplorasikan lingkungannya sehingga dapat lebih mengenal dan memahami lingkungannya. Hal ini menggambarkan mengapa perkembangan fisik berkaitan dengan perkembangan mental intelektual anak. Anak yang fisiknya lemah akan memiliki kepercayaan diri yang kurang, terutama ketika ia membandingkan dirinya dengan anak-anak lain yang sebayanya. Kegagalan untuk menguasai motoric akan membuat anak kurang menghargai dirinya sendiri, oleh karena itu, agar anak dapat mencapai dan melewati perkembangannya dengan optimal, perlu diperhatikan tahap-tahap perkembangan motoric anak dengan stimulasinya yang tepat dan sesuai dengan usia perkembangannya.
             Adapun tiga unsur yang menentukan dalam perkembangan motoric yaitu otak, syaraf dan otot. Proses perkembangan motoric sangat erat kaitannya dengan pusat motoric di otak. Keterampilan motoric berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot. Oleh karena itu, setiap gerakan yang dilakukan anak, sesederhana apapun sebenarnya merupakan hasil pola interaksi kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol otak, secara berkesinambungan otak terus mengolah informasi yang diterimanya.
             Semakin matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau keterampilan motoric anak. Di samping keterampilan motorik, otak mempunyai pengaruh yang sangat menentukan bagi perkembangan aspek-aspek perkembangan individu  lainnya, keterampilan intelektual, emosional, social, moral dan kepribadian. Pertumbuhan otak yang normal dan sehat berpengaruh positif bagi perkembangan aspek lainnya. Apabila pertumbuhan dan perkembangan otak tidak normal cenderung akan menghambat perkembangan keseluruhan aspek-aspek tersebut.
             Perkembangan kognitif terkait erat dengan perkembangan intelektual dan pertumbuhan mental. Teori perkembangan kognitif menyatakan bahwa pertumbuhan mental individu adalah bagian terpenting dalam perkembangan anak. Anak yang aspek kognitifnya berkembang baik, akan dapat mengembangkan proses berfikir, merespon objek di lingkungannya, dan merefleksikan pengalamannya.
             Seiring dengan kematangan anak, akan terjadi strukturisasi yang progresif dalam proses kognitif anak. Dalam peristiwa tersebut proses berfikir anak akan berkembang menjadi lebih kompleks. Keterampilan belajar pada anak terjadi melalui proses elaborasi  di dalam otak, bukan di luar otak. Sebagai contoh, keterampilan anak seperti membaca atau menghitung, melibatkan kegiatan mental internal yang kompleks, jadi bukan hanya diperolah karena perubahan perilaku (pendapat para ahli behavioristic), atau sekedar proses pematangan  (pendapat para ahli maturationist).
             Pengembangan kreativitas sejak usia dini merupakan cara yang dapat memupuk, merangsang dan mengembangkannya. Adapun pentingnya kreativitas dalam hidup anak yang perlu dipupuk sejak usia dini yaitu pertama, karena dengan adanya berkreasi orang dapat mewujudkan  (mengaktualisasikan) dirinya, dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia (Maslow, 1967). Kedua, kreativitas atau berfikir kretaif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan (Guilford, 1967).
             Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermamfaat  (bagi diri pribadi dan lingkungan) tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu. Dari wawancara terhadap tokoh-tokoh yang telah mendapatkan penghargaan karena berhasil menciftakan sesuatu yang bermakna, yaitu para seniman, ilmuwan dan ahli penemu, ternyata factor kepuasan ini amat berperan (Biondi, 1972). Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan Negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan baru dan teknologi baru
             Anak dan proses interaksinya mempunyai bentuk perilaku social yang bermacam-macam. Ada yang bersifat aktif maupun yang bersifat pasif dan tingkah laku lainnya yang terdapat dalam diri masing-masing anak. Meskipun demikian pada dasarnya yang terpenting adalah bagimana proses interaksi itu berlangsung dengan kondisi dan situasi yang melengkapinya termasuk lawan interaksi dalam perkembangan kehidupan perilaku social anak terutama di awal pertumbuhan dan perkembangan mereka.
             Rendahnya layanan pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini antara lain disebabkan masih terbatasnya jumlah lembaga yang memberikan layanan pendidikan dini jika disbanding dengan jumlah anak usia 0-6 tahun yang seharusnya memperoleh layanan tersebut. Berbagai program yang ada baik langsung yang telah ditempuh selama ini ternyata belum memberikan layanan secara utuh, belum bersinergi dan belum terintegrasi pelayanannya antara aspek pendidikan, kesehatan dan gizi. Padahal ketiga aspek tersebut sangat menetukan tingkat intelektualitas, kecerdasan dan tumbuh kembang anak.
Pada lembaga pendidikan anak usia dini, kini sudah mengajarkan anak tentang dasar-dasar dalam cara belajar. Di usianya yang masih sangat dini tersebut, anak akan diperekenalkan terlebih dahulu pada sebuah pondasi, mereka akan mengetahui semuanya sedikit demi sedikit melalului apa yang mereka lihat dan pelajari. Dengan mereka bermain akan diajarkan bagaimana cara yang tepat dalam bersosialisasi. Pendidikan anak usia dini yang orang tua berikan bagi anak merupakan suatu persiapan kematangan anak dalam menghadapi masa demi masa untuk perkembangannya di masa yang akan datang. Saat ini telah banyak berbagai sekolah taman kanak-kanak memberikan pendidikan yang baikk dan berkualitas demi mengembanngkan kemampuan dan bakat dalam diri anak tersebut. Oleh karena itu, diperlukan usaha dan orang tua dalam mengajar dan mendidik anak terutama dalam membaca. Mengajar anak membaca tidak harus melihat berapa usia yang tepat untuk mengajarkannya. Yang terpenting adalah berusaha memberikan yang terbaik dalam pendidikannya kelak.