Perkembangan Karakter dan Kreativitas Anak Usia Dini
Pertumbuhan anak dapat diartikan sebagai
perubahan yang bersifat kuantitatif atau mengandung arti adanya perubahan dalam
ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik.
Selain itu pertumbuhan dipandang pula sebagai perubahan secara fisiologis
sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik hasil dari pertumbuhan
berupa bertambah panjang tulang-tulang terutama lengan dan tungkai, bertambah
tinggi dan berat badan serta makin bertambah sempurnya susunan tulang dan jaringan
syaraf. Pertumbuhan ini akan terhenti setelah adanya maturasi atau kematangan
pada diri individu.
Berbeda dengan pertumbuhan,
perkembangan adalah suatu perubahan yang bersifat kualitatif yaitu berfungsi
tidaknya organ-organ tubuh. Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu
urutan perubahan yang bersifat saling mempengaruhi antara aspek-aspek fisik dan
psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Perkembangan akan dicapai
karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru dan
menimbulkan perilaku baru.
Dalam masa perkembangan, anak
diharapkan dapat menguasaikan kemampuan yaitu: belajar keterampilan fisik yang
diperlukan dalam permainan, pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri
sendiri sebagai individu yang sedang berkembang, belajar berkawan dengan teman
sebaya, belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual dasar yaitu
membaca, menulis dan berhitung, pengembangan konsep-konsep yang diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari, pengembangan moral dan pengembangan sikap terhadap
lembaga dan kelompok social.
Karakter yang berkualitas perlu
dibentuk dan dibina sejak dini. Ada beberapa pihak yang sangat mempengaruhi
terbentuknya karakter anak seperti, keluarga, lingkungan, masyarakat, temen
sepergaulan, lingkungan sekolah dll. Banyak pakar yang mengatakan bahwa
kegagalan penanaman karakter pada seseorang sejak usia dini akan membentuk
pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Memiliki akhlak yang mulia
tidak secara otomatis begitu manusia dilahirkan, namun memerlukan proses
panjang melalui pengasuhan dan pendidikan.
Anak usia dini (0-8 tahun) yang
sehat fisiknya dalah anak yang aktif atau banyak bergerak. Saat terjaga hampir
seluruh waktu anak dipergunakan untuk bergerak-gerak kasar yang menggunakan
sebagian besar tubuhnya seperti berlari, memanjat, melompat, atau gerakan yang
hanya melibatkan sebagian kecil tubuh seperti mendorong mobil-mobilan, menggunting,
menempelkan kertas atau menggambar. Gerakan yang pertama dikenal sebagai
keterampilan gerakan/ motoric kasar yang kedua adalah gerakan motoric halus.
Kedua macam gerakan ini memungkinkan anak untuk bermain sepanjang waktu karena
itu pulalah masa ini merupakan masa bermain.
Kemajuan yang pesat akan dicapai
anak baik aspek motoric kasar maupun motoric halusnya, sehingga perkembangan
motoric anak semakin matang pada usia 4-5 tahun. Ketika mencapai usia 6-8 tahun, anak
telah dapat menggunakan anggota tubuhnya secaran baik. Koordinasi mata dengan
tangan dan antar tiap-tiap anggota tubuh telah berjalan dengan sempurna. Anak
mampu memiliki kemampuan untuk menjaga keseimbangan tubuh dan menggunakan
otot-otot tubuhnya secara efektif.
Perkembangan motoric sangat berpengaruh
terhadap aspek-aspek perkembangan lainnya. Anak yang kondisi fisiknya terlatih
akan memiliki kesempatan lebih banyak dalam mengeksplorasikan lingkungannya
sehingga dapat lebih mengenal dan memahami lingkungannya. Hal ini menggambarkan
mengapa perkembangan fisik berkaitan dengan perkembangan mental intelektual
anak. Anak yang fisiknya lemah akan memiliki kepercayaan diri yang kurang,
terutama ketika ia membandingkan dirinya dengan anak-anak lain yang sebayanya.
Kegagalan untuk menguasai motoric akan membuat anak kurang menghargai dirinya
sendiri, oleh karena itu, agar anak dapat mencapai dan melewati perkembangannya
dengan optimal, perlu diperhatikan tahap-tahap perkembangan motoric anak dengan
stimulasinya yang tepat dan sesuai dengan usia perkembangannya.
Adapun tiga unsur yang menentukan dalam perkembangan motoric yaitu otak,
syaraf dan otot. Proses perkembangan motoric sangat erat kaitannya dengan pusat
motoric di otak. Keterampilan motoric berkembang sejalan dengan kematangan
syaraf dan otot. Oleh karena itu, setiap gerakan yang dilakukan anak,
sesederhana apapun sebenarnya merupakan hasil pola interaksi kompleks dari
berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol otak, secara berkesinambungan
otak terus mengolah informasi yang diterimanya.
Semakin matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot
memungkinkan berkembangnya kompetensi atau keterampilan motoric anak. Di
samping keterampilan motorik, otak mempunyai pengaruh yang sangat menentukan
bagi perkembangan aspek-aspek perkembangan individu lainnya, keterampilan intelektual, emosional,
social, moral dan kepribadian. Pertumbuhan otak yang normal dan sehat
berpengaruh positif bagi perkembangan aspek lainnya. Apabila pertumbuhan dan
perkembangan otak tidak normal cenderung akan menghambat perkembangan
keseluruhan aspek-aspek tersebut.
Perkembangan kognitif terkait erat dengan perkembangan intelektual dan
pertumbuhan mental. Teori perkembangan kognitif menyatakan bahwa pertumbuhan
mental individu adalah bagian terpenting dalam perkembangan anak. Anak yang
aspek kognitifnya berkembang baik, akan dapat mengembangkan proses berfikir,
merespon objek di lingkungannya, dan merefleksikan pengalamannya.
Seiring dengan kematangan anak, akan
terjadi strukturisasi yang progresif dalam proses kognitif anak. Dalam
peristiwa tersebut proses berfikir anak akan berkembang menjadi lebih kompleks.
Keterampilan belajar pada anak terjadi melalui proses elaborasi di dalam otak, bukan di luar otak. Sebagai
contoh, keterampilan anak seperti membaca atau menghitung, melibatkan kegiatan
mental internal yang kompleks, jadi bukan hanya diperolah karena perubahan
perilaku (pendapat para ahli behavioristic), atau sekedar proses
pematangan (pendapat para ahli
maturationist).
Pengembangan kreativitas sejak usia dini merupakan cara yang dapat
memupuk, merangsang dan mengembangkannya. Adapun pentingnya kreativitas dalam
hidup anak yang perlu dipupuk sejak usia dini yaitu pertama, karena dengan
adanya berkreasi orang dapat mewujudkan
(mengaktualisasikan) dirinya, dan perwujudan diri merupakan kebutuhan
pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia (Maslow, 1967). Kedua,
kreativitas atau berfikir kretaif sebagai kemampuan untuk melihat
bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan
bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam
pendidikan (Guilford, 1967).
Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermamfaat (bagi diri pribadi dan lingkungan) tetapi
juga memberikan kepuasan kepada individu. Dari wawancara terhadap tokoh-tokoh
yang telah mendapatkan penghargaan karena berhasil menciftakan sesuatu yang
bermakna, yaitu para seniman, ilmuwan dan ahli penemu, ternyata factor kepuasan
ini amat berperan (Biondi, 1972). Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan
manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini kesejahteraan
dan kejayaan masyarakat dan Negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa
ide-ide baru, penemuan baru dan teknologi baru
Anak dan proses interaksinya mempunyai bentuk perilaku social yang
bermacam-macam. Ada yang bersifat aktif maupun yang bersifat pasif dan tingkah
laku lainnya yang terdapat dalam diri masing-masing anak. Meskipun demikian
pada dasarnya yang terpenting adalah bagimana proses interaksi itu berlangsung
dengan kondisi dan situasi yang melengkapinya termasuk lawan interaksi dalam
perkembangan kehidupan perilaku social anak terutama di awal pertumbuhan dan
perkembangan mereka.
Rendahnya layanan pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini
antara lain disebabkan masih terbatasnya jumlah lembaga yang memberikan layanan
pendidikan dini jika disbanding dengan jumlah anak usia 0-6 tahun yang
seharusnya memperoleh layanan tersebut. Berbagai program yang ada baik langsung
yang telah ditempuh selama ini ternyata belum memberikan layanan secara utuh,
belum bersinergi dan belum terintegrasi pelayanannya antara aspek pendidikan,
kesehatan dan gizi. Padahal ketiga aspek tersebut sangat menetukan tingkat
intelektualitas, kecerdasan dan tumbuh kembang anak.
Pada lembaga pendidikan anak usia dini, kini
sudah mengajarkan anak tentang dasar-dasar dalam cara belajar. Di usianya yang
masih sangat dini tersebut, anak akan diperekenalkan terlebih dahulu pada
sebuah pondasi, mereka akan mengetahui semuanya sedikit demi sedikit melalului
apa yang mereka lihat dan pelajari. Dengan mereka bermain akan diajarkan
bagaimana cara yang tepat dalam bersosialisasi. Pendidikan anak usia dini yang
orang tua berikan bagi anak merupakan suatu persiapan kematangan anak dalam
menghadapi masa demi masa untuk perkembangannya di masa yang akan datang. Saat
ini telah banyak berbagai sekolah taman kanak-kanak memberikan pendidikan yang
baikk dan berkualitas demi mengembanngkan kemampuan dan bakat dalam diri anak
tersebut. Oleh karena itu, diperlukan usaha dan orang tua dalam mengajar dan
mendidik anak terutama dalam membaca. Mengajar anak membaca tidak harus melihat
berapa usia yang tepat untuk mengajarkannya. Yang terpenting adalah berusaha
memberikan yang terbaik dalam pendidikannya kelak.